Bupati: Penelitian Mesti Dimaksimalkan Kejar Legalitas Hukum Kratom

Facebook
Twitter
LinkedIn

Bupati Kapuas Hulu, AM Nasir SH bersama Anggota Komisi B DPRD Kapuas Hulu, Stefanus mengikuti web binar yang diadakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, via zoom miting di Aula Bappeda Kapuas Hulu, Rabu (25/11/2020). Kegiatan itu juga disimak para Kepala Organisasi Perangkat daerah dilingkungan Pemda Kapuas Hulu yang terkait dengan komoditi kratom.

Menyikapi Webinar, Bupati Nasir mengatakan hal terpenting terkait kratom adalah legalitas atau aturan. Aturan yang ada saat ini hanyalah dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia, ini perlu diperkuat lagi. “Kita ini perlunya regulasi dan kepastian aturan, baru yang lain,” ujarnya.

Regulasi tersebut mesti dihasilkan dari penelitian yang komperhensif. Sebab itu, Bupati berharap Balitbang Provinsi Kalbar dapat meneliti kratom secara maksimal, fokus dan cepat. “Dengan adanya regulasi tentang kratom yang dihasilkan dari penelitian secara komperhensif, masyarakat bisa mendapat kepastian dalam pemasarannya dan pengolahannya ke depan,” pungkas Bupati Nasir.

Dalam pembahasan webinar, Gubernur Kalbar, Sutarmidji menegaskan bahwa kratom dapat meningkatkan kebugaran, namun tidak bisa disamakan dengan narkoba seperti ganja. Ia memaparkan kratom tidak menghasilkan halusinasi, layaknya narkoba jenis ganja.

“5 linting ganja dengan 3 kg kratom, lebih kuat ganja. Ganja ada halusinasinya, ” ujarnya.

Gubernur mengatakan kalau kratom sudah jelas aturan dan sudah bisa diproduksi jadi obat untuk penyakit tertentu, pasarnya akan sangat baik. Sebab itu, Gubernur meminta Balai POM untuk meneliti lebih jauh tentang kratom. “Teliti juga terkait bahan kimia obat, tentu ada aturan khusus kalau ada kandungan itu. Herbal dan kimia beda aturan mainnya,” tuturnya.

Gubernur menegaskan penelitian harus komperhensif, jangan bicara asal. Kratom bisa jadi bahan baku obat. “Semoga webinar hasilkan sesuatu yang mengakomodir semua kepentingan,” tegasnya.

Sementara itu, Walter P Prozialeck dari Biomedical dan Resercher Midwestern University, Illinois, USA, menjelaskan bahwa penjual dan pengiat kratom di Amerika membeli untuk bahan obat. Kratom dari 2015 sampai sekarang terus meningkat konsumsinya di Amerika. “Kratom ditujukan untuk pengobatan kecanduan dan sakit, ini yang diperjuangkan asosiasi kratom di Amerika,” paparnya secara virtual.

Menurut Walter, pasien yang tergantung opioid semakin meningkat. Ini menyebabkan krisis serius penderita opioid di Amerika, akibat dari pasar gelap. Peningkatan overdosis opioid terjadi dan terus meningkat, pada tahun 2014 terdapat 28.000 orang Amerika meninggal karena keracunan opioid. “Kondisi ini membuat warga Amerika dan perusahaan perobatan mencari cara untuk meredakan sakit dan kecanduan,” paparnya.

Fakta yang ada, kata Walter, kratom terlihat tidak membunuh banyak orang, seperti heroin. Overdosis karena heroin dan narkoba jenis lainnya semakin meningkat dari 2015 hingga 2017, ini terpantau sari nasional drugs overdose USA. “Berbicara volume, narkoba akan membunuh walau dalam volume kecil. Ini berbeda dari kratom,” ujarnya.

Walter menuturkan covid-19 turut berimbas dengan kratom. Lantaran lockdown mendorong konsumsi kratom di rumah. Lalu isu kesehatan menjadi sorotan, warga Amerika juga memilih opsi treatment. “Sementara akses untuk perawatan sakit terbatas, kratom menjadi solusi kebutuhan tersebut,” ungkapnya.

Covid-19 meningkatkan manfaat kratom. Pada negara bagian Arizona dan Florida tidak menemukan adanya korban dari kratom. “Ini survey dari para kratom vendors,” tuturnya.

Walter menjelaskan beberapa negara bagian di Amerika melarang kratom, yang lainnya masih bisa digunakan. Kunci permasalahan terkait kratom, kata Walter, yaitu konsumen tidak yakin untuk membeli dan menggunakan. “Utamanya terkait kekhawatiran terkontaminasi bahan metal dan mikroba, juga kemungkinan dicampur bahan lain,” ujarnya.

Walter menjelaskan kedepannya yang perlu diperhatikan terkait kratom adalah  bila digunakan ibu hamil dan anak-anak, serta remaja yang dalam masa pertumbuhan. “Kratom dikonsumsi warga Amerika dengan berbagai bentuk, sebab kalau langsung dimakan rasanya kurang enak. Jadi ada yang memasukan ke kapsul dan memakannya, ada yang membuatnya teh,” tegasnya.

Walter menyatakan opioid dominan membuat ketergantungan, meracuni bahkan membunuh. Itu banyak membuat kematian. “Ini beda dengan kratom, ini tidak menyebabkan kematian sebanyak opioid sebab itu perlu diteliti lebih jauh,” tuntasnya. (Yoh)

Berita Lainnya

info.kapuashulukab.go.id | develop by Diskominfotik Kapuas Hulu | © 2019  | Privacy Policy