DISDIKBUD IKUT SERTA EARTH HOUR DAY 2022

Facebook
Twitter
LinkedIn

WWF Indonesia dan Komunitas Earth Hour (EH) Indonesia mengundang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kapuas Hulu untuk hadir sebagai salah satu nara sumber dalam ruang virtual Kelas Kehati (Keanekaragaman Hayati) Kesatria Lingkungan Hidup pada hari Sabtu, 26 Maret 2022. Kelas yang dimulai pada pukul 13.00 tersebut merupakan momen Peluncuran Cerita untuk Anak Khas Papua dan Kalimantan Barat. Peluncuran cerita ditandai dengan penayangan kompilasi video dari sepuluh cerita anak, yakni The Last Tree (kisah tentang burung cenderawasih), Noken, Sagu, Penyu Belimbing, Kura-kura Moncong Babi, Bekantan, Tenun vs T-Shirt, Orang Utan Borneo, Madu Hutan, dan Rangkong. Cerita-cerita ini dikemas dalam bentuk animasi dan dimuat pada platform digital.

Dari sepuluh cerita di atas, ada tiga cerita yang berlatarkan Kabupaten Kapuas Hulu dan yang digarap pula oleh kreator-kreator setempat. Ketiga cerita tersebut adalah Orang Utan Borneo, Madu Hutan dan Rangkong. Lydia, mewakili tim kreatif mengungkapkan bahwa data-data untuk membuat cerita diperoleh dari diskusi dengan warga setempat dan dengan para aktivis lingkungan hidup. Lydia juga menceritakan tantangan yang dihadapi dalam proses penyelesaian animasi. “Yang sulit adalah menciptakan kecocokan antara warna suara dan intonasi dengan karakteristik tokoh-tokoh dalam cerita, misalnya bagaimana menghasilkan suara yang cocok untuk karakter induk orang utan,” ungkapnya.

Leonardus S.S.,M.Th, adalah widya Prada Bidang Pendidikan Dasar dari Disdikbud KH yang hadir sebagai narasumber turut menyampaikan apresiasi kepada tim kreatif karena berkat jerih payah mereka produk-produk animasi yang informatif dan edukatif dapat dinikmati oleh anak-anak di Kabupaten Kapuas Hulu, bahkan di seluruh Indonesia. Produk-produk animasi tersebut, menurut Leo, sarat dengan informasi yang bermanfaat. Banyak orang akan mengetahui bahwa madu adalah hasil jerih payah kawanan lebah yang produktivitasnya ternyata ditunjang oleh kawasan hutan yang kondisinya masih prima dan terjaga dengan baik. Melalui cerita Rangkong dan Orang Utan Borneo, anak-anak akan mengetahui betapa kedua spesies satwa ini berkontribusi menjaga keseimbangan ekosistem dengan cara menyebarkan biji-biji buah-buahan yang telah mereka makan. Anak-anak juga akan mengetahui bahwa kedua spesies satwa tersebut sangat dihargai dan dilindungi, baik oleh kearifan lokal melalui hukum adat, maupun oleh pemerintah. “Produk-produk animasi ini membangkitkan kesadaran bahwa alam telah terlebih dahulu berbuat baik kepada kita manusia,” kata Leonardus. “Hutan menyediakan bagi kita sumber daya yang menopang kehidupan. Oleh karena itu, manusia mempunyai kewajiban moral untuk berbuat baik juga kepada alam. Praktik baik, yakni moralitas dan etika, harus diterapkan tidak hanya dalam konteks hubungan antarmanusia, tetapi juga dalam konteks hubungan antara manusia dengan alam,” lanjutnya.

Leonardus menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu telah mengambil langkah-langkah strategis dalam menyikapi isu-isu lingkungan hidup. Pada tahun 2014, mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup telah mendapatkan landasan dan payung hukum melalui Peraturan Bupati Kapuas Hulu Nomor 9 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal. Mengingat semakin mendesaknya kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup dan budaya daerah, Peraturan ini akan direvisi lagi pada tahun ini.

Leonardus juga menambahkan bahwa Dinas telah mengakomodasi perencanaan kegiatan Green School Award 2023 untuk memotivasi satuan-satuan pendidikan supaya berperan lebih aktif dalam melakukan praktik-praktik baik terkait isu lingkungan hidup dan menularkannya kepada masyarakat di sekitarnya.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kapuas Hulu mengapresiasi WWF Indonesia dan Komunitas Earth Hour Indonesia yang telah memprakarsai praktik baik menyebarluaskan pesan-pesan cinta lingkungan dan budaya melalui dongeng pada platform digital. Bagaimanapun, sebagaimana telah dikemukakan oleh Najaela Shihab selaku Board Yayasan WWF Indonesia, WWF berkarya tidak semata-mata bagi satwa dan kehidupan liar. Ada karya dan tindakan yang harus meningkatkan kesadaran dan kapasitas manusia terkait isu-isu lingkungan hidup. Terkait menyusutnya keanekaragaman hayati, rusaknya lingkungan hidup maupun usaha-usaha pemulihannya, manusia adalah subjeknya, di hilir maupun di hulu. Sebagai spesies yang dikaruniai akal budi, manusia adalah makhluk yang paling bertanggung jawab. Semoga pesan-pesan cinta lingkungan dan budaya dapat dipahami dan menginspirasi anak-anak dan generasi muda kita sehingga bumi, rumah kita satu-satunya di alam semesta ini, tetap dapat menjadi tempat hunian yang aman dan nyaman bagi segenap makhluk yang berdiam di atasnya.

Pada tahun 2021, tepatnya tanggal 6 Desember 2021, telah dilaksanakan penyelesaian tahap akhir Rumusan Silabus dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Kearifan Lokal untuk Jenjang Sekolah Dasar. Rumusan Silabus dan Kompetensi Dasar tersebut merupakan hasil kerja sama antara WWF Indonesia Hulu Kapuas Landscape Office dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kapuas Hulu.

Berita Lainnya

info.kapuashulukab.go.id | develop by Diskominfotik Kapuas Hulu | © 2019  | Privacy Policy