Margaretha Mala menerima penghargaan kategori Tunas Kehati dari Yayasan Kehati, Jumat (27/11/2020). Tunas Kehati merupakan suatu penghargaan yang diberikan oleh Yayasan Kehati kepada perorangan atau kelompok remaja nusantara atau mahasiswa agar menjadi tunas harapan berikutnya dalam menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia dimasa yang akan datang. Sementara, Margaretha Mala adalah tokoh perempuan muda berasal dari Dusun Sadap, Desa Menua Sadap yang merupakan desa penyangga kawasan di kawasan Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK).
Penghargaan tersebut berhasil diraih oleh Margaretha Mala dikarenakan peran serta beliau dalam ikut serta melestarikan budaya leluhur suku Dayak Iban yakni menenun. Perkembangan zaman saat ini, tradisi menenun sudah dilupakan oleh generasi muda. Margaretha Mala tampil sebagai generasi muda yang mau belajar dan mengajarkan ‘nenun’ kepada generasi muda di bawahnya. “Saya tetap melakukan budaya menenun untuk melestarikan tradisi leluhur Suku Dayak Iban,” ucap Mala.
Margaretha Mala mengatakan selama ini dirinya juga ikut dalam pelestarian atau konservasi tumbuhan pewarna alam sebagai bahan untuk mewarnai benang tenun. Bersama dengan ibu – ibu di Dusun Sadap, ia ikut serta dalam kegiatan penanaman tanaman pewarna alam di Kebun Etnobotani Dusun Sadap yang dirintis oleh Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum pada tahun 2018. “Saya juga mendorong ibu – ibu Dusun Sadap agar terus menggunakan pewarna alam agar pencemaran lingkungan akibat limbah sintetis dapat dihindari,” ujar Wakil Ketua Kelompok Pengrajin Tenun Sadap
Mala turut berperan sebagai fasilitator ibu – ibu Pengrajin Tenun Dusun Sadap untuk mempromosikan dan menjual kain tenun tersebut pada pembeli dari luar. Salah satunya adalah Bu Mira Widiono, Ketua Perhimpunan Pewarna Alam Nasional (WARLAMI). Tercatat pada bulan Oktober 2020 kemarin, hasil penjualan kain tenun dengan berbagai macam motif karya Ibu – Ibu Dusun Sadap terjual dengan harga Rp. 13.400.000,-. Harga yang cukup fantastis di tengah pandemi covid-19 seperti sekarang ini.
“ Kemenangan ini sebagai pemantik semangat bagi saya untuk terus melakukan upaya pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia. Saya berharap semoga tradisi menenun dengan pewarna alam ini dapat diteruskan dan digemari oleh generasi muda. Saya akan terus mengajak dan mengajarkan warisan leluhur Dayak Iban berupa Nenun ini kepada generasi muda dan akan terus melakukan penanaman tanaman pewarna alami agar tetap lestari dan bumi menjadi asri”, tegas Margaretha Mala.
Arief Mahmud selaku Kepala Balai Besar Tana Bentarum memberikan apresiasi yang sebesar – besarnya kepada Margaretha Mala dan Tim yang telah berhasil mendapatkan penghargaan Tunas Kehati Award 2020. “ Ini sebagai bukti bahwa menjaga tradisi leluhur beriringan dengan upaya konservasi alam yang sedang digalakkan dewasa ini dan saya berharap agar prestasi ini dapat ditularkan kepada generasi muda agar tradisi menenun dan konservasi tumbuhan pewarna alam dapat terwujud” tuntasnya. (yohanes)