Kapuas Hulu akan mengalami kesulitan dalam memajukan dunia pendidikan kedepan. Pasalnya dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk tenaga pendidik terus berkurang dari tahun ke tahun. Hal ini diperparah dengan tidak imbangnya kekurangan guru dengan perekrutan tenaga pendidik, baik dari jalur pegawai negeri maupun tenaga kontrak daerah.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kapuas Hulu mencatat kekurangan guru di tahun 2020 ini ada 85 orang. Hal ini membuat Kapuas Hulu semakin kekurangan guru. “Guru yang pensiun saja ada 79 orang, sementara ada juga guru yg meninggal dunia sebanyak 6 orang. Kita memang kurang guru, penerimaan CPNS kemarin juga di bawah angka berkurangnya guru,” kata Joni Rojikin, Kabid Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Disdikbud Kapuas Hulu, Senin (12/10/2020).
Menurut Joni, permasalahan kekurangan guru tersebut memang perlu solusi baru. Pasalnya Pemda Kapuas Hulu juga tentu terbatas anggaran untuk menerima tenaga kontrak, sementara itu dari Pemerintah Pusat juga tidak memberi formasi yang banyak setiap penerimaannya. Kemungkinan terburuknya akan ada sekolah-sekolah yang terpaksa harus tutup karena tidak ada guru yang mengajar. “Menyikapi permasalahan kurangnya tenaga pendidik memang ada opsi regrouping sekolah. Sekolah yang murid minim gabung ke sekolah lain yang muridnya cukup banyak,” terangnya.
Regrouping sekolah tersebut, kata Joni, masih sebatas wacana. Penentuannya kembali kepada Kepala Daerah serta pembuat regulasi yakni DPRD Kapuas Hulu. “Ini solusi yang tidak mudah, perlu dukungan pimpinan dan dewan baru dapat diterapkan. Sekarang ini masih sebatas wacana untuk menyikapi kekurangan guru,” terangnya.
Dari keadaan yang terus berkurang tenaga pendidik, Joni menuturkan butuh pola-pola khusus dalam melakukan pendidikan, bagaimana caranya dengan terbatas jumlah guru, anak-anak dapat tetap menempuh pendidikan. “Kalaupun opsi regrouping sekolah dipilih, itu juga tidak bisa dengan cepat langsung diterapkan, itu tentu butuh sosialisasi dulu dan melibatkan para orang tua pelajar,” tuntasnya. (yohanes)
