Oleh dr. Mas Agung Ginanjar,M.Sc. Sp.A, dr. Muhammad Fikri Ardinata
Dalam rangka memperingati hari AIDS sedunia yang diperingati tanggal 1 desember setiap tahunnya mengajak masyarakat seluruh dunia untuk meningkatkan kesadaran atas adanya penyakit HIV/AIDS. Tema hari AIDS sedunia tahun ini adalah “Communities Make The Difference” dan Kemenkes menyerap tema tersebut menjadi tema nasional “Bersama Masyarakat Meraih Sukses”. Semua lapisan masyarakat diharapkan berperan aktif untuk mencapai kesuksesan three zeros pada tahun 2030 yaitu tidak ada infeksi baru HIV, tidak ada kematian karena HIV/AIDS, dan tidak ada lagi diskriminasi terhadap ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).
HIV/AIDS pada anak pertama kali dilaporkan pada tahun 1994, sampai tahun 2018 pengidap HIV pada anak dan remaja menyentuh jumlah 2881 orang dan masih bisa semakin bertambah. Kelompok anak pada usia 15-19 rentan terinfeksi HIV/AIDS dengan jumlah penderita tahun 2018, 1434 anak terinfeksi. Sementara pada kelompok usia 0-4 tahun sebanyak 988 anak. Peningkatan penderita HIV/AIDS tertinggi pada kelompok usia 0-4 tahun. Lebih dari 400 anak lahir dengan HIV positif setiap harinya. Hanya 1 dari 2 anak yang menerima pemeriksaan dan pengobatan tepat waktu. 2 dari 3 anak mendapatkan pengobatan yang kurang optimal.
Gejala Klinis HIV/AIDS pada anak menurut WHO dibagi menjadi empat stadium. Stadium klinis pertama adalah tanpa gejala, pembesaran kelenjar, dan pembesaran hepar dan lien. Stadium klinis kedua ditemukan infeksi jamur pada kuku, infeksi saluran nafas berulang, ulcer pada mulut minimal 2x per 6 bulan, dan cheilitis angularis. Stadium klinis ketiga ditemukan malnutrisi sedang tanpa sebab yang jelas dan tidak membaik dengan terapi standar, diare persisten tanpa sebab yang jelas lebih dari 14 hari, demam tanpa sebab yang jelas ( intermitten atau konstan lebih dari 1 bulan ), candidiasis oral setelah usia 6 tahun, ditemukannya limfadenopati tb, tb paru, pneumonia bacterial yang sering kambuh berat, anemia, trombositopenia, dan pneumonitis limfoid intersitialis (LIP). Pada stadium klinis keempat ditemukan TB extra paru, sarcoma kaposi, toxoplasmosis sistem saraf pusat, nefropati HIV sampai kardiomiopati HIV. Diagnosis HIV pada anak dengan menggunakan tes antibodi HIV (tes elisa/ rapid test) dan tes virologis (test PCR).
Ibu yang melahirkan bayi terinfeksi HIV apabila bayinya menggunakan asi selama 6 bulan harus dengan proses AFASS (Acceptable, Feasible, Affordable, Sustainable, Safe) . Tapi apabila tidak menggunakan asi, dianjurkan menggunakan susu formula ( untuk meminimalisasi penularan HIV dari ibu ke bayi).
Tatalaksana anak yang terinfeksi HIV/AIDS pada menggunakan ARV (anti retroviral), pada bayi baru lahir diberikan zidovudin selama 6 minggu sebelum dilakukan tes virologi. Beberapa pilihan ARV yaitu NRTI (zidovudin, starvudin, lamivudin, emtrisitabin), NNRTI (efaviren, nevirapid). Penilaian perkembangan dan pertumbuhan pada pemberian ARV sangat dibutuhkan. Pertumbuhan adalah indikator sensitif untuk keparahan penyakit, salah satunya adalah kehilangan berat badan atau pertambahan berat badan yang tidak adekuat menjadi indikasi utama perburukan penyakit. Penilaian berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan perkembangan seperti kognitif motorik bahasa dan sosial juga dibutuhkan.
Hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua dengan anak penderita HIV/AIDS adalah setiap orangtua menjaga komitmen dalam menjaga anak dengan infeksi HIV, membangun hubungan yang baik antara tim HIV untuk penanganan jangka panjang, menggunakan bahasa yang dimengerti anak untuk menjelaskan penyakitnya, memberikan kesempatan kepada keluarga untuk kontrol rutin ke pusat pelayanan kesehatan dan memberikan kesempatan kepada keluarga untuk menanyakan pertanyaan atau perkembangan yang terkait dengan perjalanan penyakit anak yang terinfeksi.
Pencegahan yang bisa dilakukan agar anak tidak terinfeksi HIV adalah ibu saat hamil memeriksakan status HIVnya di pusat pelayanan kesehatan terdekat sehingga apabila ditemukan postif dapat diberikan terapi sesegera mungkin. Keberhasilan dalam menurunkan infeksi HIV/AIDS pada anak diperlukan kerjasama semua pihak dan kesadaran dari diri kita dan masyarakat untuk menghindari perilaku yang dapat menyebabkan tertularnya HIV/AIDS.
Sumber: IDAI, UKK Infeksi Penyakit Tropis IDAI.