Forum Masyarakat Adat Heart Of Borneo (Forma – HOB) menggelar seminar dan rapat tahunan di aula Bappeda, Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Rabu (21/8). Seminar tersebut mengangkat tema Hak – hak Asasi Masyarakat Adat di Kawasan Jantung Borneo.
Ketua Forum Masyarakat Adat Heart Of Borneo, Markus menjelaskan, Forma-HOB merupakan sebuah jejaring komunikasi bagi seluruh komunitas masyarakat adat di tiga negara, yakni Malaysia, Indonesia dan Brunai Darussalam.
Dikesempatan yang sama, Budi Prasetyo selaku Pjw Kepala Bappeda Kabupaten Kapuas Hulu sekaligus mewakili Pj. Sekda membuka kegiatan tersebut menyampaikan bahwa, terkait hak asasi masyarakat adat di jantung borneo, Kapuas Hulu hampir seluruh wilayahnya merupakan HOB.
“Saya menyambut baik seminar dan rapat ini dilaksanakan di Kabupaten Kapuas Hulu. Ini kesempatan luar biasa untuk pemerintah, dan menjadi perhatian khusus untuk mendukung pembangunan di Bumi Uncak Kapuas,” kata Budi.
Budi berharap, semoga seminar ini bisa menghasilka yang terbaik. Terutama dalam menyukai isu tentang HOB yang amat strategis untuk Kapuas Hulu, selain sebagai kabupaten perbatasan yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, maupun isu tentang kabupaten konservasi.
“Maka disini perlu adanya suatu identifikasi, apa yang sangat diperlukan dalam konsep yang dibutuhkan di HOB tersebut. Baik sisi sosial budaya, ekonomi dan lain sebagainya. Untuk itu apa yang menjadi kebutuhan harus kita bahas dengan duduk bersama disini,” tegas Budi.
Dijelaskan Budi lagi bahwa, Kapuas Hulu juga merupakan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK), sebagai projek penyelamatan iklim. Dalam program tersebut disusun apa rencana aksi, dan bagaimana membangun projek antara Indonesia – Malaysia, Kapuas Hulu dengan Sarawak.
Budi merinci, sedikitnya ada 3 (tiga) point tujuan utama yang dibahas dalam seminar tentang Forma HOB itu, diantaranya menghimpun dan mengumpulkan cerita pengalaman masyarakat adat diwilayah HOB, untuk menunjang pembangunan masyarakat setempat, selanjutnya memetakan situasi terakhir terkait kondisi masyarakat di kawasan HOB dan hak asasi, serta beberapa sektor penunjang lainnya.
“Kemudian menghimpun masukan yang berkaitan dengan penegakan hak asasi manusia di masyarakat adat wilayah HOB. Untuk itu harapan kita, adanya sumbangsih berupa matrik program kegiatan sebagai konsep untuk melaksanakan rencana aksi kedepan,” harap Budi.
Karenanya, Budi kembali menyampaikan harapannya, dalam Seminar yang sudah dijadwalkan dua hari (21-22 Agustus) itu akan menghasilkan rekomendasi penting, yang bisa kita lakukan secara nyata oleh Forum Masyarakat Adat diwilayah HOB.
Kegiatan yang diadakan Forma HOB ini melibatkan perserta-peserta dari Sabah, Sarawak, Kalbar, Kalteng dan Kaltim. Hadir pula dari Komnas HAM selaku narasumber bersama Script Sarawak, Badan Registrasi Wilayah Adat Kasmita Widodo, para OPD dilingkungan Pemkab Kapuas Hulu, Temenggung, tokoh masyarakat dan NGO. (yohanes)