Sebanyak 1.512 personel Satuan Tugas (Satgas) Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) pusat yang dikomando Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) diterjunkan ke Kalimantan Barat (Kalbar). Dari 1.512 personel satgas ini akan di bagi ke 14 Kabupaten/Kota yang ada di Kalimanatan Barat.
Rupinus, S.Sos. M.Si Mengatakan Adapun untuk Kabupaten Kapuas Hulu akan di sebarkan sebanyak 105 orang di 7 desa dari 5 kecamatan yang terdiri dari 70 anggota TNI, 14 anggota Polri, 7 Anggota BPBD dan 14 orang Unsur Masyarakat. Masing masing desa akan di sebarkan 15 orang dengan rincian personilnya terdiri dari 10 anggota TNI, 2 Anggota Polri, 1 Anggota BPBD dan 2 Unsur Masyarakat.
Sebanyak 7 desa dari 5 Kecamatan ini diantaranya Kecamatan Silat Hilir di Desa Penai dan Desa Bongkong, Kecamatan Suhaid, Desa Madang Permai, Kecamata Seberuang, Desa Ranyai, Kecamatan Selimbau, Desa Sekulat dan Desa Dalam, serta Desa Sepandan Kecamatan Batang Lupar. Kegiatan ini akan di laksanakan selama 4 bulan di karenakan melihat Iklim kemarau yang akan berkepanjangan dari Juli sampai dengan Oktober.
Seperti yang di katakan Kepala BPBD Provinsi Kalimantan Barat Christianus Lumano, Pada rapat Penanganan Bencana Asap akibat kebakaran Hutan dan lahan, tanggal 11 Juli 2019 di ruang Rapat BPBD Provinsi Kalimantan Barat, telah di bahas menegenai maksud dan tujuan di Selenggarakannya Kegiatan ini adalah membantu pemerintah dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan. Selain itu mereka juga berkewajiban membantu dan membaur dengan masyarakat serta melakukan sosialisasi menegenai karhutla, Personil satuan tugas (satgas) akan di tempatkan di rumah warga terdiri dari 2 personil dalam satu rumah. Hal ini dilakukan agar personil agar bisa membaur dengan masyarakat.
Dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan Selain bantuan personel tambahan, BPBD Kapuas Hulu juga mendapatkan helikopter untuk water bombing sebanyak satu unit yang rencananya akan di tempatkan di Sintang. Apabila terjadi kebakaran dan tidak mampu di atasi dengan cara manual helikopter tersebut siap untuk di terbangkan dengan menyampaikan titik koordinat kejadian.
“Titik api yang muncul memang kebanyakan tidak terpantau satelit karena sudah terlebih dahulu padam ditanggulangi petugas dan masyarakat setempat. Setiap harinya, ada tiga sampai lima kejadian lahan terbakar dilaporkan dan segera diatasi,” .
Terlepas dari kesiapan petugas di lapangan, kepala BPBD Provinsi Kalbar menekankan jika hal terpenting saat ini adalah menggugah kesadaran masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar.” tutupnya.