Pemerintah Daerah menyertakan permainan tradisional gasing di Hari Jadi Kota Putussibau ke 124, perlombaan ini berlangsung selama dua hari Sabtu (5/7), dan Minggu (6/7), bertempat di taman alun-alun Kota Putussibau.
Uniknya, perlombaan ini terdiri dari dua kategori, yang diberi nama dengan menggunakan bahasa daerah Kapuas Hulu. “Tujuannya untuk melestarikan bahasa daerah,” ujar Syaiful Muharam, juri perlombaan permainan tradisional gasing, kepada jurnalis KIM Juragan.
“Perlombaan ini terdiri dari dua kategori, kategori anak-anak yang dinamai Pangka’ Pendekar (Anak), dan kategori dewasa, Pangka’ Cendikia,” tuturnya.
Syaiful juga mengatakan, tahun ini antusias warga lebih tinggi, dilihat dari jumlah peserta dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Perlombaan gasing ini tujuannya untuk melestarikan permainan tradisional. Sebagaimana kita ketahui, permainan modern semakin menjamur. Tak ayal, banyak permainan tradisional yang pernah digemari di bumi Nusantara, semakin tergeser.
Dari sekian banyak permainan tradisional, gasing termasuk paling populer. Disetiap daerah memiliki permainan gasing dengan ciri dan bahasa khasnya masing-masing.
Tak hanya anak-anak, banyak remaja dan orang dewasa sering memainkan permainan kaum laki-laki ini. Gasing adalah mainan yang bisa berputar pada poros karena faktor keseimbangan pada suatu titik.
Tiga orang pemenang juara pertama, kedua, dan ketiga, kategori Pangka’ Pendekar adalah Dafa kelas 5 (lima) SDN 04, Tomi kelas 6 (enam) SDN 02, dan Kiwil kelas 4 (empat) SDN 01 menceritakan, sejak kelas 1 (satu) Sekolah Dasar sudah bermain gasing yang dipelajari dari ayah mereka.
“Cara memainkan gasing pertama-tama, gasing dipegang di tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang tali. Lilitkan tali pada gasing, mulai dari bagian paksi sampai bagian badan gasing. Lilit kuat sambil berputar. Lalu lempar gasing ke tanah.” ujar Dafa. (Ria)