Mengenal Flu Singapura (Hand, Foot, And Mouth Disease)

Facebook
Twitter
LinkedIn

Ditulis oleh : dr. Mas Agung Ginanjar, M.Sc, Sp.A., dr. Stevanus E.N.S.

Flu singapura dalam dunia medis lebih dikenal dengan Hand, Foot, And Mouth Disease (HFMD).

Penyakit yang umumnya menyerang anak-anak ini bisa juga terjadi pada orang dewasa.

Dalam beberapa kasus terjadi pada anak usia di bawah lima tahun, ditemukan juga di atas lima tahun, dan pada orang dewasa.

HFMD merupakan salah satu penyakit infeksi akut pada anak yang disebabkan oleh Coxsackvirus A tipe 16 (CV A16) dan enterovirus 71 (EV-71).

Gejala yang ditimbulkan adalah mulai dari gejala ringan hingga terjadi komplikasi, sampai dengan kematian. Kasus HFMD terbesar terjadi di Taiwan tahun 1998 yang menginfeksi lebih dari 120.000 orang dan menyebabkan 78 kematian.

Penyakit ini ditandai dengan lesi berbentuk ulkus pada mulut dan eksanthema berbentuk vesikel pada bagian kaki, tangan dan mulut dengan gejala ringan dan bersifat swasirna.

Pada anak juga ditemukan demam, nyeri otot, nyeri tenggorok, gelisah dan susah makan dikarenakan adanya ulkus di mulut.

HFMD dipengaruhi oleh cuaca dan iklim serta sanitasi dan kondisi tempat tinggal yang padat, mendukung terjadinya penyebaran HFMD.

Penularan HFMD terjadi melalui fecal oral pada sebagian besar kasus dan dapat melalui kontak dengan lesi kulit, inhalasi saluran pernafasan atau oral to oral route. Higienitas anak-anak yang kurang dapat menimbulkan gejala yang lebih berat.

Fase inkubasi terjadi antara 3-6 hari dan lesi ulkus dapat menyembuh dalam 7-10 hari. Diagnosis HFMD ditegakkan melalui pemeriksaan fisik dan laboratorium melalui serologis, isolasi virus dengan kultur dan teknik PCR.  

Pengobatan HFMD bersifat suportif dan bertujuan untuk meredakan gejala dan saat ini belum ada pengobatan antivirus yang efektif.

Pemberian cairan yang adekuat dapat mencegah dehidrasi akibat lesi oral yang nyeri, antipiretik mengatasi demam dan nyeri, dan anestesi topikal diberikan untuk lesi di rongga mulut.

Lesi kulit tidak memerlukan perawatan khusus dan pemberian antibiotik topikal atau oral dapat diberikan apabila terdapat infeksi sekunder.

Kemajuan klinis dapat dilihat dalam 3-5 hari dan lesi di mukosa dapat sembuh dalam 7-10 hari. Komplikasi serius jarang terjadi pada HFMD dan paling sering adalah ulserasi oral yang nyeri sehingga mengganggu asupan oral dan menyebabkan dehidrasi, sehingga diperlukan hidrasi intravena apabila anak mengalami dehidrasi.

Komplikasi yang paling serius yang dapat mengancam jiwa adalah meningitis dan penularan HFMD secara vertikal dari ibu ke janin dapat menyebabkan aborsi spontan pada trimester pertama.

Menurut dr. Mas Agung Ginanjar, M.Sc, Sp.A di Putussibau sudah mulai ditemukan kembali kasus HFMD sekitar 9-10 anak yang berobat rawat jalan dan 1 kasus dirawat dirumah sakit dikarenakan dehidrasi. Kebanyakan kasus HFMD dapat sembuh secara swasirna.

Untuk ibu-ibu yang menemukan anak dengan gejala HFMD seperti uraian diatas, penanganan pertama yang dapat dilakukan adalah memenuhi asupan cairan dan intake, istirahat cukup, dan pemberian obat anti demam.

Konsultasikan ke dokter apabila anak belum membaik dan menghindarkan kontak dengan anak yang lain.

Sumber:

  1. Andriyani C, Heriwati D.I., Sawitri. Penyakit Tangan, Kaki dan Mulut. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin vol 22  No. 2 Agustus 2010.

Berita Lainnya

Kajian Teknis Lapangan Paket Tahun 2024

Bidang Sumber Daya Air – Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kabupaten Kapuas Hulu Melakukan Kajian Teknis Lapangan Paket Pekerjaan Peningkatan Saluran

Monitoring Pekerjaan Fisik

Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kapuas Hulu (DPUPR) melaksanakan monitoring kegiatan pekerjaan peningkatan jaringan irigasi D.I

info.kapuashulukab.go.id | develop by Diskominfotik Kapuas Hulu | © 2019  | Privacy Policy