Karhutla 10 Hektare di Kapuas Hulu Berhasil Dipadamkan

Facebook
Twitter
LinkedIn

Sejak dua pekan terakhir curah hujan di Kapuas Hulu sangat minim. Hal ini dimanfaatkan sebagian masyarakat petani di Bumi Uncak Kapuas untuk membuka ladang dengan cara membakar. Hal ini menjadi salah satu pemicu Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di beberapa wilayah Kapuas Hulu, bahkan ada 10 Hektare lahan di Kecamatan Embaloh Hulu terbakar. Untuk memadamkannya petugas gabungan butuh waktu 6 hari.

Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kapuas Hulu, Abdul Azis mengatakan, kejadian karhutla memang salah satunya terjadi di Dusun Pulau Manak, Desa Menua Sadap, Kecamatan Embaloh Hulu. Kebakaran itu menghanguskan sekitar 10 Hektare lahan. “Kejadian kebakaran tersebut mulai dari tanggal 1 Agustus, warga dan pihak kecamatan berusaha memadamkannya namun karena itu semak belukar semakin meluas,” papar Azis.

Petugas gabungan BPBD, TNI-Polri, Tagana dan beberapa lembaga lainnya kemudian berangkat ke lokasi, jumlahnya kurang lebih 30 orang. Setelah berupaya membantu pihak kecamatan serta masyarakat setempat memadamkan kebakaran itu, ternyata masih tidak mampu, hingga akhirnya meminta bantuan BPBD Provinsi Kalbar untuk melakukan Water Boombing.

“Petugas gabungan sulit memadamkan api karena posisinya jauh dari jalan yang bisa mendatangkan alat pemadam, berikutnya sumber air tidak ada, kondisi juga semak belukar yang mudah terbakar. Alhamdulilah karhutla itu sudah bisa pada pada tanggal 6 Agustus kemaren, solusinya memang water boombing,” tegasnya.

Azis menambahkan, untuk titik api di Kapuas Hulu yang terpantau di satelit, dari tanggal 6 Agustus hingga tanggal 7 Agustus 2019, pukul 07.00 Wib, berjumlah 21 titik. BPBD sendiri telah membentuk tim kecil untuk mengecek lokasi titik api tersebut. “Tim kami sudah berangkat menyisir ke titik-titik api yang terpantau satlit tersebut, mereka berangkat pagi ini,” tuturnya.

Azis mengatkan banyak faktor menyebabkan Karhutla namun untuk Kapuas Hulu dominannya karena warga membuka ladang. Hal ini terjadi karena berladang sudah merupakan kearifan lokal yang belum ada solusi penggantinya. “Kalimantan Barat inikan memang beda dengan daerah lain, kalau di Jawa sudah terbudaya dengan bersawah, kita disini berladang. Warga Kapuas Hulu juga lebih pada pola ladang berpindah,” paparnya.

Sebenarnya, kata Azis, pihak kecamatan dan aparat sudah mewanti-wanti warga sejak jauh-jauh hari agar tidak membakar ladang. Kalaupun terpaksa harus, libatkan berbagai pihak agar dapat menjaga api tidak meluas.

“Himbauan kami masyarakat hati-hati dalam membakar lahan. Kalau ada pembakaran lahan laporkan ke BPBD dan Kecamatan serta pihak desa, agar lahan itu bisa diberi sekat agar tidak meluas dan dijaga. Kami juga ada posko 24 jam, anggota kami akan meluncur cepat untuk membantu warga mencegah Karhutla,” tuntasnya. (yohanes)

Berita Lainnya

info.kapuashulukab.go.id | develop by Diskominfotik Kapuas Hulu | © 2019  | Privacy Policy